Sederhana saja , karna bagiku.... apapun keadaannya... HIDUP ADALAH ANUGERAH

Total Tayangan Halaman

Diberdayakan oleh Blogger.

Horoskop Jawa Yang Semakin Dilupakan


Bangsa yang baik adalah bangsa yang nggak lupa sama peninggalan nenek moyangnya. Begitulah perumpaan yang bisa saya angkat dalam tulisan kali ini. Kita tahu bahwa Horoskop Jawa semakin dilupakan, termasuk oleh masyarakat Jawa sendiri. Mereka cenderung lebih mengenal dan memahami zodiak dan horoskop Cina yang dikenal dengan berbagai sio. Demikian diutarakan pakar horoskop Jawa Krt. Hudoyo Doyodiputro di Semarang, Jawa Tengah, baru-baru ini.

Hudoyo menjelaskan, horoskop Jawa terdiri dari 12 lambang ilmu penginderaan supranatural yang terkait dengan kehidupan dan penghidupan berdasarkan astronomi, astrologi, pelintangan, dan pawekon. Tapi semakin lama,Weton semakin dilupakan banyak orang.Biasanya horoskop Jawa sering dipakai untuk menghitung weton yang terdiri dari hari dan pasaran. Ia menambahkan, masing-masing hari memiliki angka sendiri. Misalnya, hari Ahad ditandai angka lima dan dilambangkan dengan Matahari yang berarti hati terang. Sedangkan pasaran yaitu pon, wage, kliwon, legi, dan pahing juga memiliki arti tersendiri dengan nilai tertinggi sembilan.

Menurut Hudoyo, dalam tanggal lahir seseorang, hari, dan pasaran bisa digabung untuk kemudian dikurangi kelipatan tujuh. Masing-masing lambang dan pasaran mempunyai sifat yang berbeda satu sama lainnya. Bahkan, buat yang lahir dengan hasil penghitungan watak kurang baik, dalam tradisi Jawa dapat dihilangkan dengan upacara ruwatan yang bisa dilaksanakan secara massal. "Ruwatan bernuansakan Islam berupa doa dan salawat nabi," ungkap Hudoyo.

"Dahulu banyak yang ke saya untuk bertanya tanggal. Tetapi sekarang jarang sekali. Banyak yang mengiraukan hitungan Jawa karena zaman telah maju. Orang yang mengerti hitungan Jawa juga sedikit. Bahkan anak saya juga tidak mengerti" ungkap mantan Kepala Desa Nglebak ini.

Saat ini, sebagian besar masyarakat lebih memilih waktu yang senggang untuk menggelar hajatan. Dalam pernikahan juga tidak lagi memikirkan weton untuk menentukan kecocokan calon pengantin. Asalkan saling suka, maka pasangan itu dinikahkan.